Selasa, 29 September 2015

aku bukan aku (bagian 3)

Aku merasa terhibur. Tapi aku tetap iri. Kanapa dia. Kenapa dia yang dikelilingi. Itu aku tapi aku tak merasakan itu.

“Kawan-kawan, liat deh siapa yang datang.. taraaaaaa” Adrian membuatku terkejut karena aku di kenalkan seperti murid baru.

“itu siapa Dri? Cantik banget..”kata salah satu anak kelas.

“Ini Rasya teman kita. Kalian tahu Rasya kan?”

“Rasya? Rasya yang biasa pake kacamata? Wooow, what is a beautiful girl”

“makasih..”katanya.

Semakin banyak yang memujiku. Semakin aku iri. Karena itu bukan aku. Aku disini hanya bisa melihatnya merasakan banyak pujian indah. Banyak sekali. Aku iri.

“Kamu bisa melakukanya Rasya, aku adalah dirimu yang selama ini kamu kekang. Aku muak padamu yang terlalu menutup dirimu sendiri hingga tak menyadari bahwa kamu cantik. Kamu bisa merasakan jutaan lagi pujian, asalkan kamu mau melihat orang, mendengar orang dan menghargai orang disekelilingmu dengan tersenyum. Kamu manis Rasya. Ingat bahwa aku adalah kamu. Aku aja bisa. Kenapa kamu tak bisa. Ayolah Rasya, buatlah masa SMA mu yang tinggal sebentar ini menjadi sangat berbahagia. Sangat berkesan dan sangat mengharukan banyak orang. Membuat momy dan ayah bangga. Kamu pasti bisa.”

Sesaat kemudian, aku merasakan kebahagiaan yang amat luar biasa. Aku seperti lahir kembali. Kesepian yang dulu ku rasakan hilang sedemikian rupa. Aku bertekat akan mendengarkannya. Akan melakukan nasehatnya. Agar aku tetap bisa melihat senyuman-senyuman indah yang selam ini ku lewatkan. Aku adalah sosok yang paling berharga. Aku menyadarinya sekarang.


Mulai sekarang aku tak akan menyia-nyiakan semua yang ada. Semua orang yang menyayangiku. Tuhan yang memberikanku anugerah yang sangat indah, momy dan ayah yang bekerja demi menghidupiku. Semuanya. Semuanya termasuk Adrian.

selesai....
tunggu kisah selanjurnya yaaa.....

Minggu, 27 September 2015

aku bukan aku (bagian 2)

Aku sekarang melihat perbedaan itu. Kacamataku yang tak cukup tebal tersimpan rapi di kotaknya. Rambut ku tergerai dan sebuah bandana berpita merah menghiasi rambutku yang hitam legam. Bajuku yang biasa ku kancing rapi semuanya, sengaja dilepas satu namun tetap rapi. Badanku yang tak pernah memakai lotion, kini terjamah oleh lotion serta dibubuhi parfum. Wangi. Wajahku kini dihiasi oleh aneka make up yang selama ini aku taruh dilaci meja belajarku. Bedak, lip ice, perona pipi, maskara dan eyeliner. Aku sendiri terpukau melihat wajahku kini berubah seratus delapan puluh derajat. Hanya saja aku tak bisa menyentuhnya. Aku hanya bisa melihatnya. Tapi aku senang. Jam tangan biru kesukaanku sudah aku pakai sedari tadi, tas ransel yang biasa aku pakai kini diganti oleh tas selendang biru cantik bergambar bunga pemberian tante yang tak pernah aku pakai.

“Momy, Rasya berangkat ya..”katanya berbicara kepada momyku.

“Rasya, kamu cantik sekali sayang.. kamu tak seperti biasanya.. momy senang melihatmu seperti ini.”kata momy ku sambil mengelus-elus pundakku dan merapikan rambutku. Aku ingin merasakan belaian sayang dari momy.

“makasi momy.. Rasya berangkat yaa…dah momy” katanya sambil mencium tangan dan kedua pipi momy ku sayang. Aku ingin.

Selama perjalanan, aku tak pernah disapa oleh banyak orang. Karena ku sendiri acuh. Tapi, sekarang dia menyapa puluhan orang yang dia lewati. Dia membuatku iri. Sesampainya di sekolah pun, banyak yang menyapanya. Tak sedikit yang memujinya.

“Rasya? ini kamu?”tanya Adrian padanya.

“Iyalah, ini aku Rasyatyavyryan Rose Indriyanto”katanya pada Adrian.

“Kamu cantik Sya, manis kalau senyum, coba kamu dari dulu kaya gini, kamu bisa direbutin semua cowo”

“hhaha bisa aja kamu Dri..”

“Tapi, Kamu beda sekarang..ga ada angin ga ada hujan tiba-tiba kamu berubah seperti ini, kaya Power Ranger aja,hhaha”

“Apa seh Dri, ada ada aja deh, ayo masuk kelas.”

bersambung.....

Jumat, 25 September 2015

aku bukan aku (bagian 1)

Mimpi yang kemarin kembali terbayang di benakku. Mimpi itu seakan menghantuiku. Apa yang harus aku lakukan ?. Aku bingung dan tak tahu harus melakukan apa lagi. Mimpi itu amat menyeramkan bagiku. Haruskah aku menceritakan mimpi itu pada momy ?. Tapi, aku bukan sosok anak kecil yang suka bermanja pada momy yang sayang padaku. Aku memang anak tunggal. Tapi, aku tak manja seperti anak tunggal yang lain. Aku pun tak tahu kenapa aku seperti ini. Ayahku seorang pengusaha yang tak pernah pulang kerumah. Paling hanya setahun sekali. Ayahku sekarang tinggal di Brazil. Dan momy ku adalah wanita karir yang membuka usaha dibidang yang sama dengan ayahku. Unik. Tapi itu membuatku amat pendiam sekarang. Sekitar 1 semester lagi aku lulus SMA. Lulus dari sekolah yang penuh peraturan ini. Disini aku tak memiliki banyak teman. Hanya satu temanku. Adrian. Itupun karena kami telah bersama semenjak SD. Mungkin dia tak pernah bosan bersamaku. Namun aku sangat bosan bersamanya. Tapi aku tak memiliki teman lain. Aku memang tak pandai berteman. Aku malas bicara hal yang tidak penting. Aku memang dianggap cerdas di sekolahku. Namun aku tak merasa kan hal itu. Aku bahkan menganggapku sosok aneh yang amat menjijikan. Bagaimana tidak, Aku hanya datang ke sekolah untuk belajar dan ujian. Tak ada kegiatan lain yang aku tekuni. Tak ada teman yang bisa aku ajak bercanda dan tak ada yang mau menemaniku tiap pulang sekolah. Aku sendiri. Aku merasa sepi. Aku kesepian. Aku tak tahu aku harus melakukan apa?. Hingga akhirnya mimpi itu menghantuiku. Tapi, aku masih tak percaya dengan mimpi itu.

Malam ini aku harus tidur. Besok ada ujian praktikum kimia. Namun, aku kembali mengingat mimpi itu. Tapi tak mungkin kalau aku tak tidur lagi. Mataku sudah bengkak. Akibat beberapa hari terus minum kopi dan tak mau tidur. Padahal aku tahu kalau zat dalam kopi berbahaya. Apa yang harus kulakukan?. Mataku sudah amat lelah. Tak terasa, perlahan aku tidur juga.

“Kamu tahu Rasya, banyak orang menyayangimu. Apa kamu tak tahu Rasya, kamu itu cantik, apa kamu tak tahu Rasya kamu itu manis. Kamu sendiri yang membuatmu merasakan kesepian yang mendalam. Sadarlah Rasya, ubah dirimu atau biarkan aku meminjam tubuhmu. Biarkan akau merasuk dalam tubuhmu. Biarkan aku menjadikanmu berbeda.” Badanku kaku. Keringat dingin mengalir deras disekujur tubuhku. Aku tak dapat berteriak. Aku hanya biasa menajamkan pendengaranku dan berusaha menenangkan pikiranku. Dan aku tergantikan.

bersambung.....