Minggu, 09 Februari 2020

K E L U A R G A part 3

masih lanjutan cerita tentang keluarga. Terakhir kali aku posting tahun 2017, aku masih menceritakan tentang semua hal yang baru berkaitan dengan keluarga. Saat ini, saat tulisan ini diposting, aku sudah belajar kurang lebih 2 tahun mengenai banyak perbedaan yang aku alami. Aku dan suamiku masih bahagia berdua. Belum ada buntut kalo kata orangtua. Masih serasa pacaran saja. Mental sudah lebih baik dari tahun awal menikah. Yang saat itu setiap bulannya dapat tamu bulanan dan aku menangis tak terima. Menyalahan keadaan, menyalahkan apa saja, bahkan menyalahkan ibu mertua yang sempat terlontar kata "istri kamu mah jangan hamil dulu". Beberapa bulan hampir tiap hari dan tiap detik, kata-kata itu terngiang dibenakku. Kenapa ibu mertuaku begitu?. kenapa, kenapa, kenapa, semuanya muncul tak terarah, bahkan aku sempat muak dengan diriku sendiri.

Seiring berjalannya waktu, aku lebih kuat, aku lebih tahu apa yang harus aku lakukkan. aku lebih menerima kenyataan daripada mempertanyaakannya. Toh, dulu aku sangan memegang kata "SIAPA LAGI KALAU BUKAN DIRI  SENDIRI YANG MEMBAHAGIAKAN DIRI SENDIRI". Setiap saat ku buka media sosial lebih banyak kuupayakan untuk mencari informasi bermanfaat untukku, entah tentang agama atau tentang psikologi serta parenting.

Saat ini, daripada aku meratapi apa yang belum aku dapatkan, lebih baik aku belajar apa yang belum aku pelajari. Aku lebih berusahaan mempersiapkan diriku menjadi diri yang sebaik mungkin untuk agama, suami, anak dan keluarga. Aku ikut berbagai online training yang mempelajari tentang banyak hal, mulai dari self healing, parenting sampai psikologi. Kenapa aku belajar banyak hal ini? karena aku merasa butuh. Jiwaku sempat terguncang tiap kali melihat atau mendengar teman yang baru nikah sudah hamil dan punya anak. Belum lagi cibiran dan sindiran tentang kehidupan seks aku yang dipertanyakan akibat belum punya anak sampai sekarang. Sempat stres dan depresi tapi aku beragama. Aku percaya bahwa Allah sedang menyiapkan sesuatu untukku nanti. Aku percaya semua akan indah pada waktunya.

Pelajaran menjadi keluarga seutuhnya membuat aku belajar. Setiap keluarga punya ujiannya masing-masing. Keluarga kecilku yang masih terdiri dari 2 orang adalah ujian untukku. Padahal nikmat lain aku dapatkan. aku hanya cukup harus bersyukur. diluar sana bahkan ada orangtua yang rela membunuh anaknya akibat himpitan ekonomi. Ada orangtua yang tak bisa dekat dengan anaknya karena harus bekerja sampai larut malam demi membelikan susu serta makanan untuk anaknya. Ada juga yang bahkan menyalahkan anaknya karena lahir sebelum orangtuanya menikah. Jika melihat dari kasus-kasus tersebut menurut mereka yang mengalami punya anak adalah ujian. Ada juga yang sudah punya anak, keuangan memadai, tapi ternyata keluarganya tidak harmonis, muncul wanita atau pria idaman lain di dalam rumah tangga. Anak dan harta menjadi ujian.

Aku hanya perlu belajar bersyukur dan bersabar. Kehidupanku masih nyaman, pekerjaan ada, keluarga ada, suami sayang padaku, keuangan cukup, tempat tinggal nyaman, kesehatan tak bermasalah. Aku hanya harus bersabar dan bersyukur karena hidup adalah untuk beribadah. Jika saat ini saja masih mengeluh dan aku minta segala hal, apakah aku termasuk orang yang bersyukur?. Jika aku masih saja membandingka kehidupanku dengan kehidupan oranglain dan melakukan semua hal agak aku bisa mendapat apa yang aku inginka bahkan dengan jalan yang tidak sesuai, apakah aku orang yang bersabar?

bersambung...