Senin, 24 Februari 2014

Bagian 1 : Catatan Tak Bertuan..part 3

Apakah kamu mencari catatan ini?. Apakah kamu mengkhawatirkan catatan ini?. Kemana aku harus mencari kamu sang tuan catatan?. Selalu saja banyak pertanyaan muncul ketika aku memikirkan catatan ini. Banyak hal yang ingin aku tau perihal catatan ini. Sungguh apakah isi catatan ini nyata atau hanya angan belaka. Entahlah. Aku hanya merasa tersentuh tiap kali aku baca catatan ini. Jika tak tersentuh bahkan muncul ribuan pertanyaan dari apa yang telah aku baca.

September 2011

Anak kecil menaiki sepeda roda empatnya. Terpancar jelas kebahagiaan anak tersebut. Rambutnya yang tergerai meskipun tak terlalu panjang. Sorot matanya bersemangat. Tak ada ketakutan sedikitpun dari matanya. Aku ingin seperti itu, ingin bebas seperti anak kecil itu. Tak ada beban sedikitpun dipikirannya. Berbeda denganku saat ini, begitu banyak yang aku pikirkan. Kadang tak tahu apa yang sedang aku pikirkan.
Seandainya aku bias memilih. Aku tak ingin tumbuh besar seperti saat ini.

4 September 2011

Kekhawatiranku tak meluluhkan hatimu rupanya. Hanya maaf. Hanya maaf yang selalu muncul dari bibirmu itu. Rupanya tak sedikitpun kamu tersentuh ya sayaaang. Sumpah, lama-lama aku tak akan melakukannya lagi. Jangan pernah salahkan aku jika suatu saat aku benar-benar melakukannya. Aku tak akan mengkhawatirkanmu lagi. Cukup aku yang tahu. Karena memang itu salahmu.

Aku sudah punya teman sekarang. Temanku adalah sepi. Selamat dating teman. Aku rasa aku berhak menyambutmu. Karena selama ini aku terlalu pusing akan apa yang tak pernah orang lain pusingkan. Sungguh aku merasa kehilangan jati diri. Kemana aku yang dulu. Yang selalu merasa senang apapun yang terjadi. Aku yang tak pernah menangis. Aku yang selalu cuek. Aku yang periang. Aku yang pandai meraih orang. Mana aku yang dulu. Sepertinya topeng yang aku pakai semakin tebal. Aku rasa ini karenamu. Benar kata kakakku yang jauh di bintaro sana. Dia mengatakan bahwa yang aku butuhkan hanyalah orang yang mau mendukungku. Yang mau menerimaku apa adanya. Bukan merubah. Harusnya aku tahu dari dulu. Kakak, tapi aku sudah amat menyayanginya. Tak mungkin aku meninggalkannya. Bahkan aku akan tak hidup tanpanya. Sungguh. Aku sungguh-sungguh. Semoga bukan hanya mimpi.

Dewasa dan tumbuh besar memang seharusnya kita alami. Tak bias kita tolak dan tak bias kita mengulangnya lagi. Itu kodrat manusia yang sebenarnya. Aku penggemar doraemon. Aku kadang berkhayal bisa menggunakan lorong waktu yang ada di meja belajar Nobita. Tapi, aku tak menyesal tak bisa melakukan itu karena aku yakin aku bisa melakukan yang lebih baik dari itu.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar