Kamis, 20 Februari 2014

Bagian 1 : Catatan tak bertuan...part 2

siapa orang ini?. tiap kali kubaca catatannya ingin rasanya aku memeluknya. menenangkan jiwanya yang sepertinya tak sedang dalam keadaan baik. ketangguhan dibalik kelemahan. senyuman dibalik tangisan. kalau aku ada di posisi nya apakah aku sanggup menghadapi semuanya?.

tapi aku lelaki, aku bukan dua golongan yang dikatakan olehnya. "laki-laki hanya ada dua jenis, kalau tidak brengsek  dia homo". apa yang membuatnya sangat benci pada lelaki. aku jelas sangat ingin tahu. jahatkah laki-laki yang dekat dengannya dulu?. andai aku tahu yang kamu rasakan pemilik catatan.

30 Agustus 2011

Kalau memang kamu tak ingin aku membagi rasa ini denganmu tak kusalahkan. Biar kutanggung sendiri semua beban batin ini. Dan biarkan kucurahkan melalui tulisan. Biar aku merasakan ini sendiri.

Seandainya kubisa melukiskan persaanku saat ini, mungkin hanya gambar langit gelap yang jelas terlihat. Hati ini begitu sakit tak tahu apa yang harus aku lakukan. Berbagi cerita pada orang sekelilingku pun aku tak mampu. Aku hanya bisa menangis mengingat semuanya. Setidaknya air mata yang jatuh meringankan beban batin yang tertahan di dada.

Bagaimana aku menggambarkan perasaanku? sepertinya aku harus merubah diriku sendiri. Mendramatisir keadaan justru akan membuatku lebih sakit dari ini. ucapan-ucapan sayang dan cintamu cukup akan aku simpan dalam hati. Begitu besarnya sayang dan cintaku padamu seiring berjalanya waktu dan melihatmu yang enggan dibagi pilu rasanya akan menguap hilang entah kemana sedikit demi sedikit. Apalagi dengan adanya kejujuran yang mengatakan sesuatu yang amat aku benci. Membuatku tambah kecewa. aku tak berharap lebih. Hidupku sudah ada di genggamanmu. Jika kamu pergi ku pikir hidupku sudah tak hidup dan tak berharga.

Melihat tingkahku saat ini rasanya aku terlalu manja. Aku sekarang sudah mulai tergantung padamu. Cukup aku rasakan semuanya sendiri. Aku memang telah terbiasa sendiri. Apa yang harus aku takutkan. Aku harus biasa sendiri lagi. Tak boleh seperti ini. Aku harap ini awal baru yang akan membuatku kembali tegak berdiri di atas kakiku sendiri tanpa bermanja pada orang lain. Terutama kepada orang yang telah bersedia meluangkan kasihsayangnya untukku. Semoga aku bisa membalas semuanya. 


hai wanita pemilik catatan, bertemulah denganku. katakan semuanya padaku. aku mau meminjamkan pundakku padamu. menangislah di sini di pundakku. aku berharap  bisa meringankan beban yang ada dipikiranmu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar